Minggu, 19 Agustus 2012

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN


Agama Islam adalah agama wahyu yang disampaikan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul – Nya mula – mula di Mekkah kemudian di Madinah selama ± 23 tahun. Komponen utama agama Islam adalah akidah, syari’ah, dan akhlak yang bersumber dari al-Quran dan al-Hadis. Selain tentang komponen utama agama Islam, di dalam al-Quran terdapat pula perkataan ilmu ( pengetahuan tentang sesuatu ). Perkataan ‘ilm dilihat dari sudut kebahasaan mempunyai makna penjelasan, apabila dipandang dari sudut akar artinya kejelasan. Sedangkan menurut al-Quran ilmu adalah suatu keistimewaan pada manusia yang menyebabkan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain.

A.    Kedudukan Akal dan Wahyu Dalam Islam
Kedudukan berasal dari kata duduk yang artinya tempat yang diduduki sesuatu dalam pola tertentu. Jika kita berbicara tentang kedudukan akal dan wahyu dalam Islam, yang dimaksudkan adalah tempat akal dan wahyu dalam sistem agama Islam.
Kata akal berasal dari bahasa Arab al-‘aql yang artinya pikiran atau intelek (daya atau proses pikiran yang lebih tinggi berkenaan dengan ilmu pengetahuan). Selain itu, akal juga mengandung beberapa arti, diantaranya mengikat dan menahan, dapat pula diartikan mengerti, memahami dan berpikir.
Akal mempunyai kedudukan didalam Islam yang sangat penting, karena akal merupakan wadah yang menampung akidah, syari’ah serta akhlak. Dengan menggunakan akalnya, manusia dapat berbuat, memahami, dan mewujudkan sesuatu. Karena posisi akal tersebut, maka muncullah ungkapan yang menyatakan bahwa akal adalah kehidupan, hilang akal berarti kematian ( Osman Raliby, 1981: 37 ).
Selain akal terdapat pula wahyu yang juga berasal dari kata Arab yaitu al-wahy yang mempunyai arti suara, api dan kecepatan. Selain itu wahyu juga mengandung makna bisikan, isyarat, tulisan, dan kitab. Sedangkan untuk al-wahy itu sendiri mengandung arti pemberitaan secara tersembunyi dan dengan cepat. Wahyu lebih dikenal dalam arti “apa yang disampaikan Allah kepada para nabi”. Didalam kata wahyu terkandung arti penyampaian sabda Allah kepada orang pilihan-Nya agar diteruskan kepada uamt manusia untuk dijadikan pegangan hidup.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kedudukan akal dan wahyu dalam ajaran Islam merupakan sokoguru ajaran Islam, dan ditegaskan bahwa dalam sistem ajaran Islam, wahyulah yang pertama dan utama, sedang akal adalah yang kedua. Dan akal manusia harus dimanfaatkan dan dikembangkan secara baik dan benar untuk memahami wahyu dan berjalan sepanjang garis-garis yang telah ditetapkan Allah dalam wahyu-Nya itu.

B.    Klasifikasi dan Karakteristik Ilmu Dalam Islam
v  Klasifikasi menurut al-Farabi
1.     Ilmu Bahasa (dirinci menjadi tujuh bagian)
2.     Logika (dibagi menjadi delapan bagian)
3.     Ilmu-ilmu Matematis (dibagi ke dalam tujuh bagian)
4.     Metafisika (dibagi menjadi tiga bagian)
5.     Ilmu Politik (dua bagian), Ilmu Fikih (dua bagian), Ilmu Kalam (dua bagian)

v  Karakteristik klasifikasi ilmu menurut al-Farabi
1.     Sebagai petunjuk umum kearah berbagai ilmu, sehingga pengkaji dapat memilih subyek-subyek yang benar-benar mambawa manfaat bagi dirinya.
2.     Memungkinkan seseorang belajar tentang hierarki (urutan tingkatan) ilmu
3.     Berbagai bagian dan sub bagiannya memberikan sarana yang bermanfaat dalam menentukan sejauh mana spesialisasi dapat ditentukan secara benar.
4.     Menginformasikan kepada para pengkaji tentang apa yang seharusnya dipelajari sebelum seseorang dapat mengklaim (menuntut pengakuan) diri ahli dalam suatu ilmu tertentu (Osman Bakar, 1997: 146-148)

v  Klasifikasi menurut al-Gazali
1.     Ilmu-ilmu teoritis dan praktis
Ilmu teoretis adalah ilmu yang menjadikan keadaan-keadaan yang wujud diketahui sebagaimana adanya. Ilmu praktis berkenaan dengan tindakan-tindakan manusia untuk memperoleh kesejahteraan di dunia dan di akhirat nanti.
2.     Ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai
Didasarkan atas pembagian dan cara-cara mengetahuinya
3.     Ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu intelektual
Ilmu keagamaan adalah ilmu yang diperoleh dari para nabi, tidak hadir melalui akal manusia biasa. Ilmu intelektual adalah berbagai ilmu yang dicapai atau diperoleh melalui intelek (daya atau kecerdasan berpikir).
4.     Ilmu fadu’ain (kewajiban setiap orang), dan ilmu fardu kifayah (kewajiban masyarakat)
Fardu’ain merujuk pada kewajiban agama yang mengikat setiap muslim dan muslimah. Fardu kifayah merujuk kepada hal-hal yang merupakan perintah Ilahi yang bersifat mengikat komunitas (kelompok orang)muslim dan muslimat sebagai satu kesatuan.

v  Qutubuddin al-Syirazi
1.     Ilmu filosofis (kefilsafatan)
Yaitu ilmu teoretis dan praktis.
2.     Ilmu nonfilosofis
Ilmu ini di istilahkan sebagai ilmu religius.
Menurut al-Quran, seperti diisyaratkan dalam wahyu pertama yang telah disebut diatas, ilmu dibagi dua, yaitu ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia (‘ilm ladunni) dan ilmu yang diperoleh karena usaha manusia (‘ilm kasbi atau ilmu insani).
Menurut kamus besar bahsa Indonesia, ilmu pengetahuan adalah gabungan berbagai pengetahuan yang disusun secara logis dan bersistem dengan memperhitungkan sebab akibat. Teknologi ialah kemampuan teknik berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta yang bersandarkan proses teknis. Ilmu pengetahuan dan tekhnologi adalah lapangan kegiatan yang terus berkembang karena (umumnya) bermanfaat bagi kehidupan manusia.

C.    Kewajiban Menuntut Ilmu
Kalau klasifikasi Gazali dihubungkan dengan ilmu, maka menuntut ilmu merupakan kewajiban manusia, baik laki-laki maupun perempuan, tua dan muda, orang dewasa dan anak-anak menurut cara-cara yang sesuai dengan keadaan, bakat dan kemampuan. Karena pengetahuanlah yang membedakan manusia dari malaikat dan semua makhluk lainnya. Melalui pengetahuan kita dapat mencapai kebenaran, dan kebenaran (al-Haqq) adalah nama lain dari Yang Nyata dan Yang Hakiki (Allah) (C. A. Qadir, 1989: 6,7)
Al-Quran menyebutkan perbedaan yang jelas antara orang yang berilmu dengan orang tidak berilmu. Menurut al-Quran hanya orang-orang yang berakal (yang berilmu) yang dapat menerima pelajaran (QS. 39: 9). Dan hanya orang-orang yang berilmu yang takut kepada Allah (QS. 35: 28) bersama dengan para malaikat (QS. 3: 18). Hanya orang-orang yangberilmu yang mampu memahami hakikat sesuatu yang disampaikan Allah melalui perumpamaan-perumpamaan (misal) (QS. 29: 43).
Ilmu yang terdapat dalam al-Quran diteladankan oleh Nabi melalui ucapan, perbuatan dan sikap beliau. Menurut sunnah Nabi Muhammad, manusia, dalam hubungannya dengan ilmu, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : orang yang berilmu (‘alim), pencari ilmu (muta’allim), dan orang awam. Ilmu wajib dituntut, dicari oleh setiap orang selama hayat dikandung badan dimanapun ilmu itu berada, karena orang yang mencari ilmu berjalan di jalan Allah, melakukan ibadah. Dan ilmu memimpin kita kepada kebahagiaan, menghibur kita dalam duka, perhiasan dalam pergaulan, perisai terhadap musuh.

D.    Studi Kasus, Islam Untuk Disiplin Ilmu
Butir D ini adalah butir terakhir buku ini. Dimaksudkan untuk membicarakan kasus tertentu di bidang ilmu yang dipelajari, hubungannya dengan agama Islam. Kerangka pikir yang dipergunakan oleh para konseptor IDI itu dahulu adalah : al-Quran dan al-Hadis memuat prinsip-prinsip atau benih-benih ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang terdapat dalam al-Quran dan al-Hadis adalah agama Islam yang wajib dipelajari oleh setiap pemeluk agama Islam. Karena ilmu tersebut bersumber dari Allah dan Rasul-Nya, seperti telah dikemukakan diatas, sifatnya abadi tidak berubah-ubah sepanjang masa disetiap zaman.
Dalam kepustakaan, ilmu yang berasal dari Allah dan dijelaskan oleh Rasul-Nya disebut ilmu Ilahi, ladunni, ilmu wahyu, ilmu naql. Karena sifatnya tidak berubah, kekal, abadi, ilmu ini dijadikan asas atau dasar, fundamen ilmu-ilmu yang berasal dari akal, pikiran manusia. Didalam kepustakaan, ilmu hasil penalaran manusia ini disebut ilmu insani, kisbi, ilmu rakyu, ilmu akal dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar